Sehubungan dengan kabar akan penghentian layanan support untuk
Windows XP pada tahun 2014 mendatang, pihak Microsoft mengimbau agar
pengguna sistem operasi yang sudah berusia 12 tahun (diluncurkan pada
tahun 2001) tersebut untuk pindah atau melakukan upgrade ke sistem operasi Windows yang lebih baru.
Windows XP sejak pertama diluncurkan langsung menjadi primadona pasar
PC di dunia. Bahkan hingga saat ini, penggunanya di Indonesia masih
tercatat berjumlah 11,4 juta pengguna atau sekitar 43 persen dari pasar operating system (OS) PC di Indonesia.
Namun, pihak Microsoft mengimbau sekian juta pengguna tersebut untuk segera melakukan upgrade ke sistem operasi Windows yang lebih baru. Imbauan ini berkaitan dengan akan dihentikannya dukunganextended support dari Microsoft untuk XP pada 8 April 2014 atau setahun dari sekarang.
Microsoft memberikan dua jenis dukungan untuk hampir semua produknya. Mainstream support adalah dukungan berupa update sekuriti, stabilitas, patch, dan fitur baru secara gratis. Sedangkan extended support di mana Microsoft hanya akan memberi update sekuriti untuk menambal celah keamanan, sementara update jenis lainnya tersedia secara berbayar.
Dengan berakhirnya extended support, maka pengguna akan
kehilangan semua update sekuriti yang vital untuk menjaga keamanan
sistem. Dengan kata lain, pengguna Windows XP akan semakin rentan
terhadap serangan virus, maleware, dan hacker.
“Meskipun pernah menjadi OS paling populer dalam sejarah Microsoft,
Windows XP tidak dirancang untuk menghadapi tantangan sekarang,” jelas Windows Division Business Group Head Microsoft Indonesia,Lucky Gani, dikutip dari Kompas.com.
Net Applications merilis sebuah hasil penelitian bahwa XP masih menguasai 37,73 persen pasar OSdesktop/PC
secara global. Sedangkan OS yang paling banyak dipakai adalah Windows 7
(44,73 persen), sementara pangsa Windows 8 (3,31 persen) masih berada
di bawah Windows Vista (4,99 persen).
Di Indonesia, menurut Microsoft, pengguna yang memakai Windows 7
sudah lebih banyak dari Windows XP, yaitu 46 persen berbanding 43
persen.